Bang Ramli dan Mimpi Indah di Balik Khutbah Jumat
Hari itu, matahari bersinar terang di atas langit Jakarta, mengirimkan sinar hangat yang sedikit menyengat. Bang Ramli, si pengangguran kocak yang biasanya lebih sibuk mencari posisi nyaman di kasurnya, hari ini mendadak rajin berangkat ke masjid. Bukan karena tiba-tiba jadi alim, tapi lebih karena bisikan tetangga soal Jumat Berkah—nasi bungkus dan snack gratis yang selalu bikin hatinya berbunga-bunga.
Sesampainya di masjid, Bang Ramli langsung nyari tempat paling pojok, dekat kipas angin. Udara sepoi-sepoi bikin matanya mulai berat, dan khutbah yang awalnya didengarkan dengan niat tulus, pelan-pelan jadi latar belakang sempurna buat tidur siang. “Ah, cuma lima menit aja,” gumamnya sambil nyender manja ke tembok.
Di alam mimpi, Bang Ramli sudah nggak lagi di masjid. Dia berdiri di atas panggung megah, dikelilingi penonton yang bersorak riuh. Tangan kirinya menggenggam mikrofon, sementara tangan kanannya memegang nasi bungkus Jumat Berkah. “Bang Ramli! Bang Ramli!” teriak penonton sambil mengangkat snack yang belum dimakan. Dia pun mulai nyanyi lagu dangdut sambil joget, dengan nasi bungkus sebagai inspirasinya.
Tiba-tiba, Bang Ramli terbangun karena dorongan pelan dari seorang anak kecil. “Bang, sudah selesai sholatnya, Bang. Nasi bungkusnya udah dibagikan.” Dengan wajah masih setengah mimpi dan iler di pipi, Bang Ramli buru-buru bangun, pura-pura khusyuk, padahal dia udah ngincer nasi bungkus yang tinggal sedikit itu. Tapi sial, saat dia sampai di barisan nasi, hanya tersisa satu bungkus dan satu plastik kecil snack. Dengan kecewa campur sedikit bahagia, dia mengamankan nasi bungkus terakhir itu.
Di perjalanan pulang, Bang Ramli senyum-senyum sendiri, ngebayangin aksi joget di mimpinya tadi. “Biar ketiduran, yang penting nggak ketinggalan nasi bungkus,” gumamnya sambil membuka bungkus nasi itu di warung kopi sebelah rumah. Dengan santai, dia mulai menikmati makan siangnya, sambil berharap mimpi indah itu bisa terulang di Jumat depan, tapi kali ini dengan lebih banyak snack!
Di akhir cerita, Bang Ramli sadar satu hal: dalam hidup, kadang lo perlu ketiduran di waktu yang tepat buat dapetin rezeki yang nggak disangka-sangka. Meskipun ada yang bilang dosa tidur pas khutbah, tapi kalau ujung-ujungnya nasi bungkus dan snack tetap didapat, siapa yang bisa nolak? Lumayan buat makan siang.
Bagikan berita ini: