Kisah Slamet, Pemuda Pengangguran yang Berambisi Jadi PNS Kecamatan
Slamet, pemuda lugu dari kampung sebelah, memiliki satu cita-cita yang sangat mulia: menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Setiap kali bertemu tetangga, dengan bangga ia mengatakan, “Nanti kalau sudah jadi PNS, saya akan bikin desa ini lebih maju!” Meski saat ini masih menganggur, semangat Slamet tak pernah padam. Ia yakin, suatu hari nanti, namanya akan terpampang di papan pengumuman kantor kecamatan sebagai pegawai baru.
Setiap pagi, Slamet bangun dengan semangat 45, meski tidak ada jadwal yang harus diikuti. Ia pun berlatih berpakaian rapi ala PNS: kemeja putih, celana hitam, dan sepatu mengkilap yang dipinjam dari sepupunya. “Persiapan itu penting, Mat,” katanya pada dirinya sendiri di depan cermin. Tentu saja, ibunya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya yang aneh tapi lucu itu.
Slamet pun mulai mempersiapkan diri untuk tes CPNS. Ia membeli buku panduan setebal kamus dan mulai belajar dengan tekun. “Ini soal-soalnya gampang kok,” katanya pada temannya, Budi, yang juga pengangguran. Tapi pada malam harinya, Slamet ketiduran dengan buku terbuka di wajahnya. Mimpinya dikejar-kejar oleh soal-soal matematika yang tidak pernah bisa ia jawab.
Hari-hari menjelang ujian, Slamet semakin serius. Ia bahkan membuat jadwal belajar yang ketat dan menempelkan di dinding kamarnya. Namun, jadwal itu lebih sering digunakan untuk menutupi lubang di dinding daripada untuk diikuti. “Yang penting niat dulu, usaha bisa menyusul,” kata Slamet sambil tertawa. Budi yang mendengar itu hanya bisa mengelus dada, tak tahu harus mendukung atau ikut tertawa.
Saat hari ujian tiba, Slamet datang dengan penuh percaya diri. Ia duduk di depan komputer dan mulai mengerjakan soal-soal dengan tenang. Namun, tak lama kemudian, wajahnya berubah tegang. “Soal ini nggak ada di buku panduan!” gumamnya. Setelah ujian, Slamet keluar dengan wajah lesu. “Kayaknya harus coba tahun depan lagi,” katanya pada Budi yang menunggu di luar. Mereka berdua pun tertawa bersama, menertawakan nasib dan mimpi yang belum tercapai.
Meski hasil ujian belum memihaknya, semangat Slamet tak pernah surut. “Masih ada tahun depan dan tahun-tahun berikutnya,” katanya dengan senyum optimis. Setiap hari, Slamet terus berlatih dan belajar, sambil sesekali membantu ibunya di warung. Mimpinya menjadi PNS tetap hidup dalam hati, penuh harapan dan canda tawa. Karena bagi Slamet, hidup adalah tentang terus mencoba, tertawa, dan tidak pernah menyerah, meski jalan menuju cita-cita kadang penuh liku dan tawa yang mengiringi.
Bagikan berita ini: