Guru Kungfu Kelaz: Belajar dari Buku Loak dan Film IP Man
Ramli, seorang pengangguran yang nasibnya sering naik turun kayak sinyal Wi-Fi, tiba-tiba menemukan passion baru yang nggak disangka-sangka. Suatu hari, saat lagi iseng keliling pasar loak, dia nemu sebuah buku kungfu berdebu yang kelihatannya udah berumur lebih tua dari Kakeknya. Tanpa pikir panjang, Ramli beli buku itu dengan harga miring. “Siapa tau ini jalan gue buat jadi master kungfu kayak di film,” pikir Ramli dengan semangat 45.
Mulai dari hari itu, Ramli serius banget belajar kungfu. Tapi karena nggak ada yang bisa diajak sparring, dia cuma latihan sendiri di kamar sambil nonton ulang film IP Man 1 hingga tamat. Setiap adegan pertarungan, Ramli pause videonya, terus dia coba gerakannya. Kadang, saking semangatnya, dia sampe ngepak tembok atau kipas angin yang lagi nggak salah apa-apa. “Gue harus bisa jadi master,” gumamnya sambil mengelus lutut yang lebam.
Nggak lama setelah itu, gosip tentang Ramli yang jadi “master kungfu” mulai tersebar di kampungnya. Gara-gara sering keliatan latihan di halaman rumah dengan pose-pose aneh, orang-orang mulai percaya kalo Ramli beneran jago. Hingga suatu hari, seorang bapak-bapak datang ke rumahnya, “Mas Ramli, anak saya mau belajar kungfu, bisa diajarin nggak?” Ramli yang tadinya cuma pengangguran biasa, langsung ngangguk dengan penuh percaya diri, “Bisa, Pak! Saya siap ngajarin.”
Besoknya, Ramli beneran buka kelas kungfu. Murid pertamanya cuma si anak bapak tadi, tapi itu nggak bikin semangat Ramli kendor. Setiap hari, dia ajarin jurus-jurus yang dia pelajarin dari buku loak dan film IP Man. “Ingat, nak, kungfu itu bukan sekadar jurus, tapi soal keseimbangan,” kata Ramli sok bijak, padahal dalam hati dia mikir, “Keseimbangan, biar nggak jatuh pas coba gerakan aneh ini.”
Cuan banyak, kelas kungfu Ramli makin lama makin rame. Muridnya mulai dari anak-anak sampe remaja yang lagi cari kegiatan buat ngabuburit. Saking banyaknya murid, Ramli sampe bingung sendiri, “Wah, gimana nih, jurus gue cuma segini doang!” Tapi dengan modal improvisasi dan nonton film kungfu lain, Ramli berhasil terus ngajarin murid-muridnya. Kadang dia kasih nama jurus yang aneh-aneh, kayak “Jurus Elang Tidur” yang sebenarnya cuma gerakan stretching biasa.
Ternyata, banyak orang tua yang percaya anaknya bakal jadi jagoan kalo ikut kelas kungfu Ramli. Bahkan ada yang rela bayar lebih, asalkan anaknya bisa belajar langsung dari “master” Ramli. Ramli cuma bisa ketawa dalam hati, “Gue ini pengangguran yang kebetulan hoki, bukannya beneran master.”
Seiring waktu, kelas kungfu Ramli makin terkenal. Bahkan, ada warga kampung sebelah yang dateng khusus buat daftar. Ramli, yang awalnya cuma pengangguran iseng, sekarang jadi guru kungfu dengan murid segambreng. Dan meskipun jurus-jurusnya kadang nggak masuk akal, murid-muridnya tetap semangat belajar, mungkin lebih karena karisma Ramli yang bisa bikin mereka percaya diri.
Tapi suatu hari, ada murid yang nanya, “Master Ramli, kapan kita latihan pake tongkat atau pedang, kayak di film?” Ramli langsung bingung, “Eh… sebentar lagi, ya. Master lagi nunggu tongkatnya diimpor dari Tiongkok.” Padahal, di belakang layar, Ramli buru-buru nyari tutorial di YouTube tentang kungfu pake tongkat, sambil pesen tongkat rotan di Shopee.
Ramli sadar bahwa hidup emang penuh kejutan. Siapa sangka, dari seorang pengangguran yang cuma modal buku loak dan nonton film, dia bisa jadi guru kungfu yang ditakuti (atau dikagumi) se-kampung? Meskipun awalnya cuma iseng, Ramli belajar bahwa dengan sedikit percaya diri dan banyak improvisasi, bahkan pengangguran pun bisa jadi master di mata orang lain. Dan siapa tau, dari sini, Ramli beneran bisa jadi master kungfu beneran, bukan cuma di kampung, tapi di seluruh dunia!
Bagikan berita ini: