Mohon bersabar...
Jenius, Diskusi Bisnis Antara Dua Pengangguran di Warung Kopi

Jenius, Diskusi Bisnis Antara Dua Pengangguran di Warung Kopi

Di sebuah warung kopi di sudut kampung ada dua orang sahabat karib sejak SD, Doni dan Joko, mereka berdua bertemu untuk membahas masalah penting, masa depan mereka yang cerah. Mereka adalah dua pengangguran yang selalu optimis dan percaya bahwa mereka ditakdirkan untuk menjadi pengusaha sukses.

“Joko, kita harus punya bisnis sendiri. Aku punya ide brilian!” seru Doni dengan mata berbinar. Joko yang sedang menikmati kopinya hanya mengangguk penuh semangat, meskipun dalam hatinya bertanya-tanya, “Ide brilian apalagi nih?”

“Bagaimana kalau kita jualan masker wajah dari tanah liat?” Doni membuka diskusi dengan penuh antusias. “Tanah liat banyak di mana-mana, murah, dan katanya bisa bikin wajah kinclong!” Joko terdiam sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. “Doni, kita ini bukan tukang gali tanah. Lagi pula, siapa yang mau beli masker wajah dari dua pengangguran?” Doni tersenyum kecut, tapi semangatnya tak luntur. “Oke, ide berikutnya,” katanya sambil meraih buku catatannya.

“Apa kita buka jasa konsultasi bisnis?” Doni melanjutkan dengan percaya diri. Joko hampir tersedak kopinya. “Konsultasi bisnis? Don, kita ini aja belum pernah punya bisnis yang sukses. Bagaimana mau konsultasi ke orang lain?” Doni mengangguk setuju, tapi tidak kehabisan ide. “Benar juga. Tapi setidaknya kita bisa menjual mimpi dan motivasi! Kita buat seminar-seminar tentang cara menjadi pengusaha sukses.” Joko mengangguk-angguk, mulai terbawa suasana. “Seminar gratis mungkin bisa menarik banyak orang.”

Doni kemudian teringat sesuatu. “Bagaimana kalau kita bikin aplikasi kencan khusus untuk pengangguran?” Joko terlihat tertarik. “Aplikasi kencan? Itu bisa jadi lho! Tapi kenapa khusus pengangguran?” Doni tersenyum lebar. “Karena kita tahu bagaimana rasanya menganggur. Kita bisa kasih tips cara menghemat, tempat-tempat nongkrong murah, dan kegiatan-kegiatan seru yang nggak butuh banyak uang!” Joko tertawa. “Kamu benar, Don. Tapi kita perlu programmer untuk buat aplikasinya. Dan kita harus bayar mereka!”

Akhirnya, setelah banyak ide yang dicoret, mereka memutuskan untuk menjual jasa stand-up comedy keliling. “Kita kan lucu, Don. Kita bisa bikin orang tertawa dan lupa dengan masalah mereka!” kata Joko sambil tersenyum. Doni setuju. “Kita mulai dari acara-acara kecil, lalu merambah ke acara besar!” Mereka berdua tertawa puas, merasa akhirnya menemukan ide yang tepat. Meski masih pengangguran, mereka yakin bahwa gelak tawa bisa membuka jalan menuju kesuksesan. Dan siapa tahu, mungkin bisnis stand-up comedy mereka bisa menjadi langkah awal menuju masa depan yang lebih cerah.

Bagikan berita ini:

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments