Mohon bersabar...
Kisah pengangguran jadi tukang bangunan dadakan

Kisah Pengangguran Jadi Tukang Bangunan Dadakan

Nanang (20 tahun, nama samaran), adalah seorang pengangguran yang tidak punya skill sama sekali, tiba-tiba ditawari pekerjaan sebagai tukang bangunan dadakan oleh temannya yang kasihan melihatnya menganggur terus. “Tenang aja, Nang, kerjaan ini gampang kok. Kamu cuma perlu ikut instruksi,” kata temannya dengan penuh semangat. Nanang, yang tidak punya pilihan lain, mengangguk setuju. “Oke, ini mungkin adalah kesempatan emas untuk belajar sesuatu yang baru,” pikirnya. Tapi siapa sangka, hari pertama Nanang sebagai tukang bangunan ternyata lebih kocak dari yang dibayangkan.

Berkenalan dengan Alat-alat Bangunan

Begitu sampai di lokasi proyek, Nanang langsung berkenalan dengan berbagai alat bangunan yang sebelumnya hanya dilihatnya di TV. Ada palu, paku, gergaji, dan sekop yang semuanya tampak seperti benda alien baginya. “Ini apa? Dan ini buat apa?” tanyanya sambil memegang palu terbalik. Teman-temannya yang sudah terbiasa bekerja di proyek hanya bisa tertawa melihat kebingungannya. “Nang, palu itu bukan mikrofon, nggak perlu dipegang seperti itu,” kata salah satu tukang bangunan sambil tertawa terbahak-bahak.

Proyek Pertama: Paku dan Palu

Tugas pertama Nanang adalah memaku papan kayu. Dengan penuh percaya diri, Nanang mulai memaku, tetapi setiap kali dia memukul, paku itu selalu bengkok. “Aduh, kenapa paku ini nggak mau lurus sih?” keluhnya. Teman-temannya yang melihat hal ini hanya bisa tertawa terpingkal-pingkal. “Nang, kamu nggak bisa pelan-pelan memukulnya, itu paku bukan adonan kue,” kata salah satu tukang sambil memegang perut karena tertawa. Nanang mencoba lagi dengan tenaga penuh, tapi malah memukul jarinya sendiri. “Wah, ini benar-benar lebih sulit daripada yang aku kira! Tidak semudah scroll Instagram”

Kekacauan Semen dan Pasir

Nanang kemudian diberi tugas untuk mencampur semen dan pasir. Dengan percaya diri, dia menuangkan semen dan pasir ke dalam mesin molen. Namun, tanpa mengetahui perbandingan yang benar, Nanang menambahkan terlalu banyak air hingga campuran tersebut menjadi bubur cair. “Ini kok jadi kayak sop ya?” katanya bingung. Teman-temannya yang melihat hasil kerja Nanang hanya bisa geleng-geleng kepala. “Nang, kita butuh semen, bukan bubur semen,” kata salah satu tukang bangunan dengan suara yang tertahan karena menahan tawa.

Akhir Hari yang Mengocok Perut

Meski banyak melakukan kesalahan, Nanang tetap semangat hingga akhir hari. Saat proyek hampir selesai, dia merasa sudah mulai memahami pekerjaan ini sedikit demi sedikit. Tapi momen paling kocak terjadi saat Nanang dengan penuh bangga menunjukkan hasil kerjanya kepada mandor. “Pak, lihat, saya sudah berhasil mengecat tembok!” katanya. Tapi ketika mandor melihat, ternyata Nanang mengecat tembok yang salah. “Nang, ini tembok milik tetangga, bukan proyek kita!” kata mandor sambil tertawa. Nanang hanya bisa tersenyum malu. “Yah, kirain ini bagian dari proyek Pak,” katanya sambil tertawa bersama teman-temannya.

Bagikan berita ini:

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments