Euforia Pengangguran Menonton Tanding Man Utd vs Liverpool
Di sebuah kamar kos yang sempit, seorang pengangguran bernama Budi (nama samaran), mempersiapkan dirinya untuk acara yang paling ditunggu-tunggu: pertandingan Manchester United versus Liverpool. Dengan baju jersey palsu yang sudah agak pudar warnanya dan cemilan seadanya, Budi duduk di depan televisi tua yang sering mogok. Meskipun hidupnya sedang tidak ada kerjaan, hari itu Budi merasa sangat penting, seolah-olah dia adalah pelatih utama yang menentukan nasib kedua tim raksasa tersebut.
Seiring dengan dimulainya pertandingan, Budi tak henti-hentinya berteriak-teriak, memberikan instruksi layaknya pelatih profesional. “Rashford! Tendang! Ayo, jangan ragu-ragu!” teriak Budi dengan semangat, meski Rashford jelas-jelas tidak bisa mendengarnya. Tetangganya yang juga pengangguran, Udin, sampai keluar kamar dan ikutan nonton dari jendela sambil membawa mie instan. Mereka berdua akhirnya seperti komentator sepak bola, mengomentari setiap gerakan pemain dengan gaya yang kocak dan sesekali tertawa terbahak-bahak.
Pertandingan semakin seru, namun televisi tua Budi tiba-tiba mati mendadak. “Waduh! Kok sekarang mati sih? Lagi seru-serunya nih!” keluh Budi sambil memukul-mukul televisi yang berdebu. Udin dengan sigap mencari solusi darurat: mereka menonton lewat handphone tua milik Udin yang layarnya sudah retak. Dengan wajah mendekat ke layar kecil itu, mereka berdua tetap tidak kehilangan semangatnya. Setiap gol yang terjadi membuat mereka berteriak-teriak sampai penghuni kos lainnya ikut keluar untuk melihat keramaian.
Saat pertandingan mencapai klimaks, tiba-tiba jaringan internet mereka hilang. “Aduh, ini pasti karena si Darto lagi streaming drama Korea!” gerutu Budi sambil mencari-cari sinyal. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengendap-endap ke kamar Darto dan menyelinap masuk untuk nonton dari laptopnya. Darto yang sedang fokus nonton drama Korea pun kaget melihat Budi dan Udin yang tiba-tiba ikut menonton bola di kamarnya. Namun, akhirnya Darto malah ikut nimbrung dan ikut seru-seruan.
Setelah pertandingan selesai, Budi, Udin, dan Darto duduk bersama sambil merangkum hasil pertandingan dengan gaya masing-masing. “Kalau aku yang jadi pelatih, pasti menang kita!” ucap Budi penuh percaya diri. Udin menambahkan, “Yah, setidaknya kita dapat nonton gratisan ya, meski deg-degan nunggu jaringan balik.” Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak, melupakan sejenak status mereka sebagai pengangguran dan menikmati momen kebersamaan yang lucu dan tak terlupakan.
Bagikan berita ini: