Mohon bersabar...
Ramli dan Pekerjaan yang Jinak-jinak Merpati

Ramli dan Pekerjaan yang Jinak-jinak Merpati

Ramli, sosok pengangguran yang udah langganan sama sebutan “pengangguran sejati,” sering kali ngehadapi dilema yang bikin kepalanya muter-muter kayak komidi putar di pasar malam. Bagi dia, pekerjaan itu mirip banget sama merpati, jinak-jinak di tangan, tapi pas mau digenggam, eh malah kabur. Dari dulu, dia selalu ngerasa kalau mencari kerja itu lebih susah daripada nyari jarum di tumpukan jerami.

Di hari Senin yang mendung itu, Ramli lagi ngelamun sambil ngelihatin HP-nya yang udah mulai uzur. “Ya Allah, kenapa sih kalau gue nyari kerjaan malah susah banget? Padahal, resume udah disebar ke mana-mana, dari Sabang sampai Merauke, dari LinkedIn sampe portal job yang nama-namanya aneh,” keluh Ramli sambil ngebuka situs lowongan kerja yang udah di-refresh berkali-kali. Tapi, kayak biasa, yang ada cuma notifikasi penolakan.

Ramli udah hampir nyerah sama pencariannya, sampai suatu hari pas lagi asik-asik tidur siang di atas kasur yang mulai berdebu, tiba-tiba HP-nya berdering. Mata Ramli yang tadinya merem melek langsung melek sempurna. “Halo, ini bener Mas Ramli? Kami dari PT Sukses Bersama, mau tawarin posisi yang mungkin cocok buat Anda.” Ramli langsung bingung, “Lho, kok tiba-tiba ada yang nawarin kerjaan? Padahal gue lagi gak nyari-nyari banget!”

Dengan gaya cuek, Ramli jawab, “Oh, iya-iya. Saya minat kok.” Sambil ngelus dada, dia mikir, “Ternyata bener kata orang, kadang kerjaan datang saat kita nggak nyari.” Ramli ngerasa kayak dapat rezeki nomplok, tapi dia juga sadar, ini baru permulaan. Dari sinilah, petualangan baru Ramli dimulai, ketika dia harus menghadapi realita dari pekerjaan yang datang dengan cara misterius ini.

Beberapa hari kemudian, datanglah panggilan untuk interview. Ramli yang biasanya santai sekarang mulai sibuk siap-siap. Tapi, di jalan menuju lokasi interview, Ramli malah dapet telepon dari perusahaan lain. “Mas Ramli, kami dari PT Aman Sentosa mau nawarin posisi manager buat Anda,” kata suara di telepon. Ramli langsung bengong, “Ini apaan sih? Pas nggak nyari, malah jadi rebutan!” Ramli bingung harus seneng atau justru curiga, karena tawaran-tawaran ini datang pas dia lagi nggak butuh-butuh amat.

Setelah ngalamin interview demi interview, Ramli mulai mikir, “Gini amat ya nasib pengangguran akut. Pas dicari, kerjaan nggak ada yang mau, pas gue pasrah malah mereka yang datang ngerubung kayak semut nemu gula.” Tapi dasar Ramli, dia tetep aja ngerasa aneh sama semua ini. Bukannya malah seneng, dia jadi bingung harus pilih yang mana.

Dan puncaknya, di hari Jumat yang cerah, Ramli dapet telepon lagi. Kali ini dari perusahaan startup yang keren banget namanya. “Mas Ramli, kami tertarik dengan profil Anda dan mau ajak Anda bergabung.” Ramli yang udah hampir patah semangat malah ketawa geli, “Ternyata beneran deh, kerjaan itu emang kayak merpati. Pas gue ngejar, nggak ada yang nemplok, tapi sekarang malah numpuk di depan mata.”

Setelah ngalamin semuanya, Ramli akhirnya sadar, mungkin emang dia harus santai dan biarin semesta yang bekerja. Bagi pengangguran akut kayak Ramli, pekerjaan itu nggak cuma soal seberapa keras usaha, tapi juga soal timing dan takdir yang kadang suka main-main sama ekspektasi kita. Kadang pas kita udah nyerah, justru rezeki itu datang bertubi-tubi.

Di akhir kisah ini, Ramli dengan bijak ngerenung, “Mungkin kerjaan itu kayak cinta, nggak bisa dipaksa datangnya. Harus sabar, biarin dia datang sendiri saat kita udah siap buat nerima.” Dan dengan senyum penuh makna, Ramli siap buat menghadapi babak baru dalam hidupnya, yang mungkin akan penuh kejutan-kejutan tak terduga.

Bagikan berita ini:

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments