Mohon bersabar...
Sambutan Epik Ramli: Ketua Klub Pengangguran di Malam Kemerdekaan

Sambutan Epik Ketua Klub Pengangguran di Malam Kemerdekaan

Di malam yang penuh semangat 45, warga kampung lagi kumpul di lapangan buat ngerayain kemerdekaan. Tenda-tenda udah berdiri gagah, lampu kelap-kelip kayak bintang di langit, dan semua orang nungguin acara puncak: sambutan dari Ramli, Ketua Klub Pengangguran yang katanya bakal bawain pidato paling epic tahun ini. Ramli, yang sering dipanggil “Vicky Prasetyo versi kampung,” naik ke panggung dengan gaya yang nggak kalah percaya diri.

“Hadirin yang saya cintai dan sangat saya hormati, dalam bingkai kemerdekaan ini, marilah kita resapi dengan hati yang terdalam, bahwa kita ini adalah pejuang di era globalisasi yang tidak terbatas oleh status pekerjaan!” Ramli buka pidato dengan kalimat yang bikin semua orang saling pandang, bingung mau tepuk tangan atau ketawa.

“Sebagai Ketua Klub Pengangguran, izinkan saya mengelaborasi makna kemerdekaan dalam konteks pengangguran yang sungguh hakiki. Bukan berarti kita menyerah dalam kubangan ketiadaan pekerjaan, tapi kita justru merdeka dalam mencari eksistensi diri di dunia yang penuh tantangan dan jebakan batman!” Ramli lanjut dengan gaya yang makin mirip idola retorikanya, Vicky Prasetyo.

Warga kampung mulai senyum-senyum sendiri, nahan tawa. Tapi Ramli nggak terpengaruh, dia lanjut dengan semangat berkobar. “Saudara-saudaraku, kemerdekaan ini bukan hanya milik mereka yang berdasi dan berseragam! Kita, para pengangguran, juga merdeka! Merdeka dari rutinitas yang monoton, merdeka dari target-target yang mengekang, merdeka untuk mengeksplorasi semua potensi diri, seperti… bangun siang tanpa alarm!” Ramli ngomong sambil ngebusungkan dada, bangga banget sama filosofi hidup yang dia bangun.

“Dan jangan pernah meremehkan kekuatan pengangguran! Karena dari ketiadaan pekerjaan itulah kita menemukan kreativitas yang sejati! Seperti, ide-ide bisnis brilian untuk jualan es batu tanpa air, atau mungkin startup berbasis angin sepoi-sepoi!” Ramli lanjut dengan kalimat yang bikin warga kampung makin ngakak. Tapi buat Ramli, ini adalah seni berbicara yang penuh makna mendalam.

“Di malam kemerdekaan ini, saya mengajak semua pengangguran untuk tidak merasa kecil hati! Karena sesungguhnya, dalam ketiadaan itu ada kebebasan yang luar biasa! Kita merdeka dari perintah bos, kita merdeka dari tekanan deadline, dan kita merdeka dari macetnya jalanan saat berangkat kerja!” Ramli ngerasa pidatonya makin memukau, meski sebagian warga udah mulai ketawa sampai perut sakit.

“Jadi, marilah kita, para pejuang tanpa seragam, bersama-sama merayakan kemerdekaan ini dengan penuh suka cita! Karena sesungguhnya, kemerdekaan yang hakiki adalah saat kita bisa tetap tersenyum walaupun dompet lagi kosong!” Ramli tutup pidatonya dengan pose ala orator besar, tangannya diangkat ke atas, matanya memandang langit dengan khidmat.

Setelah pidatonya selesai, tepuk tangan dan gelak tawa pecah di seluruh lapangan. Ramli turun dari panggung dengan senyum kemenangan, merasa misinya sebagai Ketua Klub Pengangguran sukses besar. Meski warga kampung tahu pidato itu lebih banyak lawaknya daripada isinya, mereka nggak bisa nggak kagum sama kepercayaan diri dan kreativitas Ramli.

Di tengah malam yang penuh kegembiraan itu, Ramli ngebuktiin bahwa kemerdekaan bisa dirayakan dalam banyak bentuk. Bukan cuma soal merdeka dari penjajahan, tapi juga merdeka dalam menjalani hidup, apapun status kita. Bagi Ramli dan Klub Pengangguran, malam kemerdekaan ini jadi bukti bahwa mereka pun punya tempat dan peran dalam masyarakat, meskipun sering dianggap remeh. Dan yang paling penting, mereka berhasil bikin semua orang tersenyum di malam yang penuh tawa itu.

Inilah isi teks yang dibacakan oleh Ramli:

pidato-ramli-di-malam-hut-ri-ke-79 Sambutan Epik Ketua Klub Pengangguran di Malam Kemerdekaan

Bagikan berita ini:

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments